Jumat, 23 September 2016


Masjid Turen 

Image result for MASJID MUNCUL
ebuah pondok pesantren di Malang, Jawa Timur, mendapat sebutan sebagai masjid tiban atau masjid yang muncul tiba-tiba oleh warga sekitar. Hampir keseluruhan bangunan pondok pesantren ini terbuat dari marmer sehingga banyak wisatawan yang ingin berkunjung untuk melihat keindahannya.

Masjid Tiban sebenarnya Pondok Pesantren Salafiah Bihaaru Bahri Asali Fadlaailir Rahmah (Bi Ba’a Fadlrah) yang terletak di Turen, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Pesantren yang memiliki nama cukup panjang ini yang mempunyai makna Laut Madu atau, "Fadilah Rohmat" atau dalam bahasa Jawa Segarane, Segara, Madune, Fadhole Rohmat.

Konon, masjid yang sangat megah ini dibangun tanpa sepengetahuan warga sekitar. Bahkan ada mitos yang menyebutkan bahwa masjid ini dibangun oleh jin dalam waktu hanya semalam.

Masjid ini memang terlihat berbeda, suasa berbeda sudah mulai terasa saat akan memasuki pintu masuk pondok pesantren yang berdiri di tanah seluar 5 hektare.

Ornamen timur tengah dan kaligrafi sangat kental menghiasi seluruh dinding serta tiang yang digunakan sebagai penyangga masjid. Bangunan pondok yang menampung sekitar 200 santri ini sudah berdiri sejak tahun 1978. Masjid ini dibangun oleh Romo Kiai Haji Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh Al-Mahbub Rahmat Alam, atau yang akrab disapa Romo Kiai Ahmad.

Secara intensif, bangunan Masjid Tiban dilakukan sejak tahun 1999 oleh para santri dan jamaah pondok. Banyaknya kubah di komplek pesatren Bi Ba'a Fdlrah membuat masyarakat yang mengira bahwa bangunan itu adalah masjid. Karena itu, masyarakat luas lebih mengenal di lokasi itu adalah Masjid Tiban dan bukan pondok pesantren.

Pengasuh pondok pesantren Bi Ba'a Fdlrah, Kyai Haji Ahmad Hasan menjelaskan pendirian bangunan di pondok pesantren yang diketahui warga ada secara tiba-tiba. Menurutnya, semua pembangunan bersifat transparan karena dikerjakan oleh santri dan jamaah.

"Sebenarnya tidak demikian, karena pondok ini "mohon maaf ini bukan masjid tapi pondok" tapi di dalam pondok itu ada masjidnya. Orang kadang-kadang menyebut tiban, kadang masjid yang sebenarnya ini pondok. Sebenarnya pondok ini dibangun sesuai dengan orang-orang membangun secara lahiriah," katanya.

Pondok pesantren ini memang terbuka bagi siapa saja yang datang. Bahkan untuk masyarakat yang datang untuk sekedar berwisata.

 Bangunan utama pondok dan masjid tersebut sudah mencapai 10 lantai, tingkat 1 sampai dengan 4 digunakan sebagai tempat kegiatan para Santri Pondokan, lantai 6 seperti ruang keluarga, sedangkan lantai 5, 7, 8 terdapat toko-toko kecil yang di kelola para Santriwati.

Berbagai macam makanan ringan dijual dengan harga murah, selain itu ada juga barang-barang yang dijual berupa pakaian sarung, sajadah, jilbab, tasbih dan sebagainya.

Tak hanya unik, di dalam ponpes tersebut juga tersedia kolam renang, dilengkapi perahu yang hanya khusus untuk dinaiki wisatawan anak-anak. Di dalam komplek ponpes itu juga terdapat berbagai jenis binatang seperti kijang, monyet, kelinci, aneka jenis ayam dan burung.

Arsitek dari pembangunan ponpes ini bukanlah seseorang yang belajar dari ilmu arsitektur perguruan tinggi, melainkan hasil dari istikharah pemilik pondok, KH Achmad Bahru Mafdloludin Sholeh. Karenanya, bentuknya menjadi sangat unik, seperti perpaduan Timur Tengah, China dan modern.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar